Sangatlah wajar tiap individu ingin diakui keberadaannya di lingkungan dimana dia berkiprah. Katakanlah ingin tampil beda dan kemudian disebut orang terkenal. Kalau kita termasuk pemimpin suatu organisasi maka ada beberapa yang bisa digunakan. Pertama-tama yang perlu dilakukan adalah perlunya konsentrasi yang lebih terpusat pada tugas-tugas yang dijalankan ketimbang pada impian. Tugas adalah nyata, sementara impian adalah semacam angan-angan atau cita-cita. Kalau porsi mimpi lebih besar dibanding pelaksanaan tugas maka itu namanya utopia.
Leonard Bernstein, seorang komposer dan konduktor terkenal, suatu ketika pernah ditanya, pemain instrumen mana yang paling sulit dicari untuk suatu orkestra. Dia menjawab "menjadi bawahan atau orang kedua”. Banyak sekali pemain biola utama yang piawai namun yang mampu menjadi pemain biola kedua yang penuh anthusias ternyata sulit. Dengan kata lain kalau hanya bertumpu pada pemain biola utama namun mengesampingkan pemain keduanya maka orkestra tak akan mampu bermain prima. Istilahnya kita sering terpesona untuk fokus pada mimpi dan tujuan semata namun mengabaikan tanggung jawab di depan mata kita. Karena itu pemimpin yang efektif adalah mereka yang banyak menaruh perhatian pada kegiatan produktif ketimbang promosi diri.
Jalan berikutnya yang perlu dilalui adalah menghargai nilai posisi kita sendiri. Siapa lagi kalau bukan kita yang memulainya. Namun bukan berarti untuk menyombongkan diri. Kita tahu pasti tiap posisi yang dimiliki mengandung nilai tertentu namun sering kita tidak bisa menilai atau mengabaikannya. Padahal menilai itu penting dilakukan untuk mengetahui posisi kita dengan segala kelemahan dan kekuatannya. Kalau kita selalu memandang rendah posisi yang kita miliki bisa jadi karena kita terkena penyakit psikologis atau bimbang dalam mencapai posisi yang lebih tinggi. Selain itu lingkungan selalu dipandang lebih hebat ketimbang kita. "Rumput tetangga selalu tampak lebih hijau dan segar”. Dengan demikian kalau kita terlalu fokus melihat unsur eksternal yang kita pikir selalu lebih baik maka kita tidak bakal menikmati pekerjaan dan posisi yang kita raih. Karena itu nikmatilah apapun bentuk dan hasil pekerjaan kita. Hal demikian akan memotivasi kita untuk bekerja semakin cerdas dan keras.
Selain dua jalan di atas maka kita perlu mendapatkan kepuasan dari pekerjaan kita sendiri. Untuk itu perlu diketahui mengapa kita sebagai seorang pemimpin dihargai oleh lingkungan; apakah karena kita memiliki sifat-sifat rendah hati, kharismatik, cerdas, visioner, dan amanah. Kepuasan yang diraih seharusnya mencerminkan bahwa kita mampu bekerjasama dengan subordinasi dan rekan sejawat. Keberhasilan organisasi dipandang sebagai keberhasilan para subordinasi dalam menjalankan tugas-tugasnya yang kita pimpin. Hal demikian sepatutnya memberi kepuasan kepada kita. Kalau ini semakin berlanjut maka lingkungan akan semakin respek pada kita.
Jalan lain yang digunakan agar bisa terkenal adalah kegiatan promosi. Coba kita lihat akahir-akhir ini di media cetak dan elektronik begitu gencarnya beberapa individu yang menyatakan dirinya calon pemimpin masa depan dengan mempromosikan dirinya. Itu adalah hal wajar. Namun demikian promosi diri tidak harus berarti menyombongkan diri. Promosi yang dinilai rendah terjadi karena perilaku kita sombong dan bicara tanpa dukungan fakta. Lingkungan, dalam hal ini khalayak, sudah semakin cerdas dan kritis menilai mana pemimpin yang baik dan mana yang tidak. Karena itu disamping harus didukung fakta maka membuat kemasan isi dan tampilan promosi yang baik juga menjadi sangat penting. Kalau dalam dunia pekerjaan maka keberhasilan promosi (sering tanpa gembar-gembor) ditunjukkan seberapa jauh kita memiliki kepemimpinan yang diterima lingkungan dan kinerja yang semakin tinggi dan taatasas.