Peringkat

Powered by MyPagerank.Net

Assalamualaikum

Login (masuk)

Waktu

Kalender

«  September 2010  »
SuMoTuWeThFrSa
   1234
567891011
12131415161718
19202122232425
2627282930

Kolom Chatting

Asmaul Husnah

Statistik


Total online: 1
Guests: 1
Users: 0

Polling

Rate my site
Total of answers: 47

Block title

Social Network

MyBlog Log

Tag Cloud

Upload File

Smile

Sponsor

Hot News

Pengunjung

free counters

Pagerank

SEO Stats powered by MyPagerank.Net

Block title

My Profile





Saturday, 20 Apr 2024, 12:42 PM
Welcome Guest | RSS
HISTORY EDUCATION
Main | Registration | Login
Main » 2010 » September » 17 » Kisah Seorang Wali Kelas
11:52 AM
Kisah Seorang Wali Kelas
Menjadi wali kelas memang bukan cita-cita saya yang utama. Namun demi menjalankan tugas akhirnya saya juga harus (wajib) menjadi orang tua bagi kelas yang saya bina. Jangankan menjadi orang tua, menikah saja waktu itu belum. Banyak pertanyaan dan kegelisahan yang menghampiri pikiran saya ketika dihadapkan menjadi "Orang tua” bagi 38 siswa di kelas yang saya bina. Apakah saya bisa ? Akankan saya mampu membina mereka ? dan banyak lagi pertanyaan yang kudu saya jawab dan saya implementasikan di lapangan.
Berbekal nekad (Bonek) akhirnya saya terima tugas wali kelas tersebut. Berawal menjadi wali kelas di kelas X-2 SMA Dharma Wanita Surabaya. Kepemimpinan saya waktu itu masih mudah terbawa emosi bahkan sempat di demo siswa karena melakukan kekerasan kepada siswa. Meski saya tidak merasa bersalah, akhirnya saya kudu maju ke mimbar bebas untuk meminta maaf. Dalam hati saya mengatakan kalo memang saya dianggap melakukan kekerasan kita lihat apa cerita selanjutnya. Benar 180 derajat dunia berputar, setelah di demo habis-habisan malah diakhir karier saya menjadi guru swasta di SMA Dharma Wanita karena harus melaksanakan tugas negara (diterima PNS) saya harus mutasi. Betapa haru dan tangis meleleh dari mata saya, semua siswa yang mendemo saya waktu itu meminta (berdemo kembali) agar saya tidak dimutasi atau pindah dari SMA Dharma Wanita. Bahkan ada keberatan mendalam terutama kelas X-2 yang saya bina meminta saya dengan bersujud ditengah jalan agar saya tidak pindah. Betapa pengalaman yang mengharukan sekaligus fondasi bagi saya untuk tetap berada "di pihak siswa”. 
Waktu tak bisa di bendung dan karier saya terus menapak. Tepat bulan November 2006 saya berlabuh ke SMA paling buncit d Surabaya yaitu SMA Negeri 22 Surabaya. Melihat infrastrukturnya waktu itu tak ubahnya sekolah pinggiran yang punya tekad besar untuk maju. Sosok Pak Kasnoko (Kepala Sekolah) saat itu yang memotivasi dan memberikan keleluasaan bagi saya untuk mengeksplorasi bakat dan kompetensi saya. Jurnalistik saya pegang, Cinematografi saya pimpin dan pengembangan pola mengajar inovatif mulai saya terapkan. Dalam hati saya berucap, kalo negara berani menggaji saya besar maka sudah sepatutnya saya memberikan yang terbaik bagi konsumen (siswa) saya. 
Alasan-alasan itulah yang melatarbelakangi saya mengapa saya selalu berada duduk sama tinggi dengan semua golongan. Saya bisa menjadi anak TK (berkomunikasi lancar dengan anaknya mbak maya) atau bahkan menjadi selevel Profesor (mengisi workshop dan pelatihan bersama nara sumber yang rambutnya tinggal dikit). 
Sikap dan style saya yang "seperti” siswa selalu di analogikan bila saya tidak matang dalam berpikir dan melanggra kode etik guru. Salah….itu salah besar. Seseorang yang dikatakan berkompetensi tidak hanya di nilai oleh sebuah festival guru prestasi atau penilaian atasan. Tapi juga oleh orang-orang terdekat kita…siapa ? SISWA. Merekalah yang menjadi mitra kita, teman kita sekaligus subyek dan obyek pendidikan. 
Alangkah anehnya melihat guru pandai tapi tidak dihormati siswanya. Alangkah aneh melihat guru punya pendidikan tinggi (S-3) namun mengajar dihadapan siswanya saja tidak Pe De. Apakah ini yang mau kita lakukan ke depannya. BUKAN sekali lagi BUKAN.
Melalaui tulisan ini saya membuka tabir yang telah lama tertutup oleh namanya Idealis dan Pragmatis. Setiap guru bisa mengeksplorasi siswanya. Bisa mengeksplorasi kemamampuanya. Dan bisa mengimplementasikan segala hal yang ada di otaknya…tentunya yang postivisme not negativisme. Gimana caranya ? GAMPANG….sentuh hatinya.
Setiap kali saya mengajar, memberikan materi pelatihan workshop atau semiloka bahkan mengajar mahasiswa…pertama kali yang saya lakukan adalah membangun KEPERCAYAAN diantara kita. Apa ? Membangun jembatan kepercayaan antara Guru dan Siswa. Selama itu belum terbangun, jangan harap anda (guru) di terima dan di turuti siswa. Iya mereka senyum kepada anda tapi apakah senyum itu ikhlas atau senyum ketakutan. Iya mereka manggut-manggut kepada anda tapi apakah manggut-manggut mereka tau atau hanya untuk menyenangkan anda. SENTUH HATINYA….itu key word nya. 
Janganlah ada dusta diantara kita, seperti judul lagu saja. Masuklah kedalam dunia mereka. Jadilah teman dan sahabat mereka. Maka mereka (siswa) akan memberikan porsi yang sama untuk anda (guru). Itulah tips dari saya untuk menjadi guru yang "Disayangi” siswanya. Bangun relationship dengan mereka meski mereka telah lulus atau tak menjadi anak didik kita. Insyaallah dengan jiwa yang tulus ikhlas semua akan baik-baik saja.
Kembali ke pokok masalah….Wali kelas. Hampir 3 periode (3 tahun) saya menjadi wali kelas di SMA Negeri 22 Surabaya. Yuph wali kelas khusus kelas "bermasalah” dan 3 tahun itu selalu di XI IPS-3. Kenapa saya bilang kelas bermasalah. Karena dari segi input tidak seperti kelas XI IPA yang telah diatas normal. Kelas XI IPS kebanyakan mereka yang tidak mau masuk IPA atau terbuang dari kelas IPA. Hal inilah tantangan bagi saya. Kepala sekolah selalu memberikan pada saya kelas XI IPS-3, hal ini tidak ada mitos atau sesuatu hal….mungkin karena spesialis saya di XI IPS-3 maka selama 3 tahun ini saya selalu diberi kelas XI IPS-3. 
Di tahun pertama XI IPS-3 angakatannya Vicky Nudistira dkk. Kelas ini terkenal kelas buangan anak-anak nakal, gimana ngga’. Hampir semua siswa yang bermasalah di kelas X dimasukan di kelas ini. Puyeng pertama kali saya melihat wajah tu wajah iya mereka. Lho kok….itu yang terpikir di benak saya. Mbok opo yo iso aku mbimbing arek koyok lentho ngene (bagi yang merasa jangan marah ini cuma bahasa nya Pak Aries aja lho ya). Pada awalnya tengkar kasus mbolos dan masalah dengan guru menjadi sarapan wajib saya setiap harinya, sampai saya menulis surat somasi ke kepala sekolah untuk diganti. Saya orang yang bekerja dengan sistem, tapi kalo segala omongan gak bisa diwujudkan (bohong) maka saya sangat kecewa. Hal itulah yang melatar belakangi somasi saya waktu itu. 
Dengan treatment dan presure kepada siswa-siswa bermasalah ini, lambat laun mereka mampu menunjukan jati dirinya sebagai satu keluarga. Hampir satu semester saya harus marah dan sabar menghadapi mereka. Alhamdulillah diakhir tahun semua naik dengan sempurna. Siswa yang masuk nominasi "tidak dinaikkan” dengan segala loby dan kemauan keras siswa, akhirnya mereka naik juga. Meskipun tidak diakhiri dengan perpisahan kelas keluar kota atau menginap di villa, kita tetap bersahaja melaksanakan syukuran kecil-kecilan di ruang geografi waktu itu. Tampak cucuran air mata dari desy, dini dan purwanto yang memang menjadi tangan kanan saya selama membina XI IPS-3. Banyak duka namun dengan happy ending diakhirnya. Ada kepuasan dihati saya.
Memasuki tahun ke-2, lagi-lagi saya diberi kelas XI IPS-3 masanya Azdinah dkk. Melihat inputnya saya tidak khawatir sama sekali karena rata-rata baik. Namun yang menjadi sorotan adalah adanya gank wanita yang dimusuhi di seluruh SMA 22 Sby. Yuph gank nya Rosila dkk. Kelas ke-2 yang saya bina ini sedikit unik karena mereka sedikit bicara tapi rame saja di kelas. Ketika ada apa-apa tidak mau curhat tapi laporan guru selalu mengatakan kelas e Pak Aries koyok pasar pindah. Weh-weh….belum lagi masalah malas dan berbohong yang gak henti-hentinya. Mbolos bagi kelas ini seakan-akan seperti lotere arisan. Kalo hari ini si Arifian masuk maka si gatut tidak masuk, begitu pula seterusnya hingga tidak pernah dalam 1 hari saja kelas ini komplit masuk semua. Pasti ada saja yang bolos karena izin atau sakit bahkan terang-terangan mbolos. Wes pokok e parah. Dalam perjalanan bersama keluarga XI IPS-3 tahun itu saya merasakan ada sesuatu, namun saya belum mampu untuk mengeluarkannya. Ada yang ngganjel dalam hati saya tapi apa saya tidak tau. Rupanya Allah menjawab keraguan dan yang mengganjal dalam hati saya. Kisahnya ada dibagian akhir perjalanan kelas XI IPS-3 tahun itu. Ketika akan perpisahan keluar kota semua warga kelas dengan kompak mengatakan setuju. Mengenai pembiayaan mereka setuju menggunakan uang kas. Tak dinyana dan tak dikira, selama ini uang kas dijadikan Bank Kredit berjalan oleh bendahara kelas. Uang yang katanya jutaan, fakta hanya ada puluhan ribu rupiah karena yang lain dipinjam si A, si B untuk membayar uang sekolah dan lain sebagainya. Wah-wah gak beres. Ketika akan berangkat keluar kota malah uang kas dan uang peserta dikatakan hilag dan sebagian digunakan untuk nalangi judi bola. Wah-wah…..sudah gak bener ini. Betapa tersayat dan kecewanya saya waktu itu. Mendengar situasi yang seakan-akan saya gagal membangun kejujuran mereka. 
Namun saya tidak hanya mengajar kelas XI IPS-3 saja namun semua kelas XI IPA dan XI IPS juga saya ajar. Melihat ada kelas yang menawarkan pada saya untuk ikud acara perpisahan kelas mereka (XI IPS-1) saya tanpa ragu mengatakan iya, karena jadwalnya tidak bebarengan dengan kelas XI IPS-3. Posessif (XI IPS-1) memang bukan kelas binaan saya, namun menjadi proyek saya untuk PTK terutama membangun kesolidan kelas yang berasal dari rumpun yang berbeda. Rupanya kelas XI IPS-1 mengalami perkembangan grafik meningkat diakhir tahun, mereka semakin kompak dan mau berjuang memajukan kelasnya. Saya pun bersama wali kelas mereka (Bu Anik) di ajak ke Pondok Dandung di kawasan Tretes. Acara perpisahan yang MANTAB dan TOP MARKOTOB…karena didalamnya saya juga diikutkan menjadi fasilitator Outbond. Meski bukan wali kelasnya, bukan sapa-sapanya namun perlakukan mereka sangat baik pada saya. Bahkan saya menyatakan dalam malam kesan & pesan perpisahan Posessif waktu itu sebagai kelas terbaik yang saya ketahui selama ini. Semoga anda bila sudah lulus tetap menjadi Posessif dan tak melupakan malam ini. 
Kembali ke XI IPS-3, rupanya Azdinah dkk tetap nekad ingin keluar kota dengan kondisi keuangan yang carut marud. Bahkan sempat terhembus isu bila saya sebagai wali kelas gak becus menyelesaikan masalah kelasnya sendiri tapi malah ikud senang-senang dengan kelas lainnya. Pertanyaannya, apakah saya tidak membimbing anda waktu itu ? membimbing khan. Data apa yang anda sodorkan pada saya ? semua dikatakan sip. Perizinan katanya sudah beres ? ya saya memperbolehkan. Tapi ketika anda semua (XI IPS-3 tahun itu) menggunting dalam lipatan (uang fiktif, uang buat arisan, buat talangan judi bola, uang belum kumpul) apakah saya harus nekad memberangkatkan kalian. Apakah nanti di vila tidak malah ada pertengkaran yang makin seru. Liburan berpisahan untuk bikin kesan bukan bertengkar. Jadi saya menyatakan tidak ikud dan tidak merestui keberangkatan kalian waktu itu. Tapi apa, sampai detik ini tidak ada 1 pun panitia dari anda yang mau ngobrol dengan saya 4 mata. Faktanya anda bersama lidah dan mulut anda membuat isu dan gosip seakan-akan saya yang memakan uang anda dan menjadi wali kelas yang GAGAL. Ok kalo dikatakan gagal saya terima karena saya tidak bisa merubah tabiat buruk anda semua. Namun kalo tidak perhatian, maka anda kudu bercermin apakah sudah benar statement tersebut. Ingat sekali berbohong dan berhasil maka anda akan mengulangnya lagi hingga menjadi orang yang ahli berbohong. Kalo dibilang apakah saya dendam ? Ya itu jawabnya….sampai kapanpun kalo kalian tidak minta dengan baik-baik ke saya dan ngobrol dengan kepala dingin maka sampai kapanpun saya tidak ridho. Ingat hadits nabi, bila seorang gurumu tak ridho kepadamu maka akan ada halangan yang akan menjadi ganjalan suksesmu. Ingat itu. Apakah saya kecewa ? jelas itu…..saya tidak pernah berbohong kepada anda tapi udah puluhan kali saya dibohongi hingga endingnya seperti ini. Saya simpulkan tahun ke-2 saya menjadi wali kelas mengalami KEGAGALAN yang sangat memalukan bagi karier saya.
Saya bukan tipe seseorang yang terlelap dalam kegagalan. Ibarat fondasi bangunan mungkin fondasi kali ini agak miring, namun saya kudu nambah material biar kondisnya bisa horizontal kembali. Di tahun ke-3 lagi-lagi saya mendapat jatah wali kelas XI IPS-3. Kelas baru ini hanya berasal dari 4 kelas besar di kelas X. Jadi secara cultur masih ada gap dan primordialisme (konco-koncoan) yang erat. Mereka diawal masuk masih ngefront ke kelompoknya masing-masing. Masih sulit berbaur satu sama lainnya. Ini mah hal yang wajar karena tidak heterogen. Saya punya keyakinan dalam hati bisa membina mereka. Masalah satu demi satu menghiasi perjalanan XI IPS-3 tahun ini yang diberi nama RASTA. Mulai meluluskan dini si Faiz (mengeluarkan dari kelas untuk pindah ke SMAN 18) hingga masalah klasik mbolosan. Saya sangat berterim akasih pada Yuliono sebagai mantan PK (bukan Penjahat kelamin lho ya) di kelas X dia layak diancungi jempol. Dengan agak malu dan keder menhadapi andriantoro dan Rivo yang udah anumerta (udah tua) Yuliono mampu mengolah kelas dengan "BAIK”. Kepuasan saya tentunya adalah mengembalikan semangat andriantoro dan mendukung Rivo agar tidak lama-lama sekolah di SMAN 22 Surabaya. Satu hal yang masih menjdi PR saya kedepannya yaitu menyembuhkan Agil yang dikenal "Raja Alasan”, "Males Puol” untuk bisa kembali semangat. Dinamika kelas RASTA sangat normal dan bahkan mengalami progres positif. Diawal yang belum menemukan jati dirinya, lambat laun diakhir semester 2 telah terlihat kompak. Bahkan dapat dibuktikan dengan jadiannya bagas dan Nora. Atau gosip terbaru dari Cek & Ricek mengenai status hubungan Inge dan Sendi yang membuat Kartika jueles puol. Ini bukti kalo kelas kondusif. 
Untuk prestasi tak perlu diragukan lagi. Kelas RASTA untuk sejarah, geografi, TIK dan Agama Islam menempati posisi nomer wahid diantara kelas XI IPS lainnya. Gimana gak bangga Agama Islam yang disemester 1 banyak disoroti bu Aisyah karena 50% gak bisa praktek sholat dan ngaji, diakhir semester 2 malah mendapatkan nilai tertinggi. Ini bukti kalo RASTA mau kerja keras. Ada rahasia lagi dikelas ini. Yang bikin nilai semua siswa TUNTAS tidak ada yang tidak tuntas (semua 100% naik dan TUNTAS) adalah kerja keras kelas dan loby menjelang kenaikan kelas. Alhamdulillah kelas yang saya bina XI IPS-3 atau RASTA tahun ini naik semua dengan nilai yang memuaskan. Saya berharap di tahun selanjutnya kelas XII IPS kalian harus terus seperti itu siapapun gurnya atau wali kelasnya. Ingat jangan melihat sosok seseorang tapi kembangkan sistem yang telah saya ajarkan. Insyaallah kalian menjadi orang yang berhasil.
Kenangan yang tak terlupakan adalah ketika masa pelepasan atau perpisahan kelas XI IPS-3. Saya katakan mereka ini memang Bonek (lha jelas 30% warga kelas ini memang bonek mania termasuk wali kelasnya). Hanya berbekal kemauan yang matang dan keinginan untuk membuat kesan di masa perpisahan. Akhirnya tepat hari rabu, 24 Juni hingga Sabtu, 26 Juni 2010 menjadi saksi bisu perpisahan kelas XI IPS-3 (RASTA). Berbekal banyak barang seperti orang mau pindahan, mereka menaiki bus carteran menuju kota batu tempat acara perpisahan dilaksanakan. Hebat sungguh hebat. Semua ikud andil dalam perpisahan. Mulai nyiapin acara hingga masak bersama. Meski saya mendapat sakit karena pecel nya Rivo tapi secara keeluruhan acara perpisahan RASTA telah berjalan dengan baik. 
Hal yang kudu diingat adalah malam kesan & pesan. Di saat lampu telah meredup dan jam dinding menunjukan angka 23.30 wib. Kalian bersimpuh memutar dalam lingkaran menceritakan segala unek-unek kalian, kesalahan dimasa lalu, bahkan pesan buat temen-temen tersayang. Ada yang menunduk tak kuat menahan haru, ada yang meneteskan air mata karena merasa sedih ditinggal temannya, atau menangis karena merasa berdosa selama ini. Diawali dengan pengakuan yuliono hingga satu persatu mengungkapkan isi hatinya. Semua sekarang tau bahwa bila kau melepas asa yang ada di hatimu insyallah 50% kepengatan jiwa akan melayang dan ditandai dengan terbasahnya pipimu oleh tetesan air mata. Itulah arti kejujuran yang tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata. Di malam itulah kejujuran adanya. Selama setahun semua teruntai dalam kenangan bersama memeluk hasrat akan kebahagiaan arti sebuah keluarga….RASTA. Menangislah bila ingin menangis….tersenyumlah bila telah terungkapkan semua masalahmu. Namun selalu ingat disaat kita besar selalu ada orang-orang yang ada di balik kita yang mampu memotivasi kita selama ini. Ingatlah ayah ibu mu dan gurumu. Merekalah yang membesarkan kamu, membimbing kamu, dengan asa dan cucuran keringat bahkan darah berjuang untuk membangunmu menjadi orang yang lebih dewasa. Ingatlah selalu itu.
Dan akhirnya saya harus mengatakan sampai sekarang baru kali ini saya merasakan kepuasan yang tak terhingga. Membimbing kelas penuh tantangan namun saya mampu melewati dan mewujudkan kelas idaman yaitu RASTA. Selamat jalan RASTA, semoga anda bisa lebih dewasa lagi. Jangan lupakan kebersamaan kita selama setahun ini. Bila kau telah menjadi orang sukses ingatlah kawan-kawanmu dulu gurumu yang dulu yang memotivasimu dan keiindahan kebersamaan yang tak mampu dilukiskan dengan kata-kata atau mahalnya dunia. 
Sampai sekarang saya akan mengkoleksi nama-nama kelas yang berhasil menyentuh hati saya, karena anda semua telah saya sentuh hatinya. Kelas itu adalah RASTA dan Posessif. Apakah ada kelas-kelas lainnya ? saya harap masih ada….selama umur saya mampu mengejar dan kebersamaan menjadi jenderal utama kita. 

Selamat Jalan Anak-anak ku……
Doaku selalu menyertaimu…..
Jangan pernah lupakan kebersamaan kita dulu…. 
Views: 2515 | Added by: aries | Rating: 0.0/0
Total comments: 1
1 SUMIATI  
0
sangat menginspirasi saya.....salut poooool.....

Name *:
Email *:
Code *:

Copyright Aries Eka Prasetya © 2024